Psychology of Differences: Personality and Intelligence
1. J.P.
Guildford
Teori Guilford
banyak membicarakan struktur intelegensi seseorang yang banyak mengarah pada
kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang kecerdasan ini dengan
meneliti orang-orang genius pada tahun 1869. Teori Guilford
menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan
mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka belajar adalah
termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang
dihadapi.Konsepnya memang kompleks,
karena setiap masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Untuk
itu diperlukan perilaku cerdas/inteligen, yang tentu sangat berbeda dengan
perilaku noncerdas/inteligen. Yang pertama (perilaku cerdas/inteligen) ditandai
dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan memiliki
motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya sebaliknya.
Guilford mengeluarkan
satu model untuk menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya
sebagai Model Struktur Intelek (Structure of Intellect). Dalam model ini,
Guilford menjelaskan bahwa kreativitas manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk
memberikan satu-satunya jawaban yang benar. Sedangkan berpikir divergen adalah
proses berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang beraneka
ragam.
Kemampuan
berfikir divergen dikaitkan dengan kreativitas ditunjukkan oleh
beberapa karakteristik berikut:
·
Kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan
sejumlah besar ide-ide atau solusi masalah dalam waktu singkat.
·
Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk secara
bersamaan mengusulkan berbagai pendekatan untuk masalah tertentu.
·
Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk memproduksi
hal baru, ide-ide asli.
·
Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan
sistematisasi dan mengatur rincian ide di kepala dan membawanya keluar.
Guilford
menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat
divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan. Guilford meyakini bahwa standar tes
inteligensi yang ada pada saat itu tidak mendukung proses berpikir
divergen. Tes inteligensi tidak dirancang untuk mengukur hal ini, tetapi tes
inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat
konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola
pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses
berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai
kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
2.
Gordon
Allport
Gordon Allport dilahirkan
di indiana pada tahun 1897 tetapi dibesarkan di Clevenland. Pada tahun 1919
menyelesaikan pelajarannya di Ekonomi dan filsafat. Dan pada tahun 1922
ia mendapatkan gelar Ph.D dalam psikologi. Pada tahun 1922-1924 belajar di luar
negeri yakni di Berlin sehingga ia mendapatkan perhatian dari dunia
internasional dan menjadi juru tafsir psikologi jerman di AS.
Beliau begitu banyak mendapat penghargaan salah satunnya adalah sebagai
presiden dari The American Psychology association.
Menurut Gordon
Allport yang merupakan salah satu ahli teori yang paling berpengaruh didunia
psikologi bahwa Trait (sifat) adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan
dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang
secara sama, memulai serta membimbing perilaku adaptif dan ekspresi secara
sama. Allport juga menganggap trait sebagai blok pembangun dasar dari
organisasi psikologi yang berfungsi mengintegrasikan apa yang seharusnya
menjadi stimulus dan respon tidak serupa. Jadi trait berfungsi sebagai elemen
penyatu, menciptakan kehangatan, memberikan respon, dan memberikan
kaitan-kaitan antar individu.
Allport juga
membedakan trait menjadi dua yaitu :
·
Trait Umum : Trait Umum adalah dimensi trait
dimana individu dapat dibandingkan satu sama lainnya
·
Trait Disposisi Pribadi : Disposisi pribadi artinya
dimana perilaku tidak memiliki intensitas dan signifikansi yang sama.
Personaliti terbentuk dari:
ü
Cardinal traits adalah sifat yang berperan
besar dalam kehidupan dan trait yang kuat
ü
Central traits adalah sifat yang lebih umum
dan khas yang menonjol dari perilaku manusia itu sendiri.
ü
Secondary traits adalah sifat yang lebih
spesifik dan tidak terlalu mendeskripsikan kepribadian. Sifat ini berfungsi
lebih terbatas, khusus pada respons yang didasarnya serta perangsang tertentu
dan tidak konsisten
Dari dua tipe
trait tersebut dapat dicontohkan jika seseorang mengatakan kejujuran maka
kualitas kejujuran yang terkandung didalamnya tentu akan berbeda pula. Trait
juga berbeda besarannya, semakin besar trait yang individu miliki, semakin
besar juga memengaruhi kepribadian seseorang
3.
Raymond
Cattel
Raymon Cattel
dkk., mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu:
a.
a. Fluid intelligence (kecerdasan cair)
Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada
sifat biologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai dengan pertambahan usia,
mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses
biologis tubuh.Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun
atau 15 tahun,
b.
Crystallized intelligence (kecerdasan Kristal)
kecerdasan Kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari
proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus
meningkat, tidak ada batasan maksimal, selama manusia masih bisa dan mau
belajar. Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40
tahun bahkan lebih.
Teori ini
dicetuskan pada 1960-an oleh Raymond Cattell and John Horn. Teori kecerdasan
ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori General Intelegence. Dalam
teori kecerdasan cair dan kecerdasan kristal dinyatakan bahwa ada dua macam
kecerdasan umum.
4.
H.J.Eysenck
H. J. Eysenck
dilahirkan di Berlin, Jerman pada tahun 1916, dan disana pulalah awal dia
mendapatkan pendidikannya.
Minat Eysenck
sangat luas, dan kesediannya mempelajari sikap kontroversi sudah melegenda. Dia
selalu menyuarakan keujuran psikologi sejak masuk bidang studi ini dulu. Dia
kecewa kepada sebagian psikoanalisis dan terapis lain di awal tahun 1950-an
karena tidak menemukan bukti yang dapat menunjukan psikoterapi alat yang lebih
efektif selain hanya kelegaan spontan.
Di dalam
merumuskan pendapatnya mengenai tingkah laku manusia, Eysenck memilih
konsepsi-konsepsi yang sederhana dan bercorak operasional. Dia yakin, bahwa
dimasa yang akan datang teori dan eksperimen harus bergandengan tangan, dan
dengan demikian banyak kelemahan akan dapat diatasi. Hal ini pada
pendapatnya dapat ditempuh dengan membuat perumusan yang sederhana dan bercorak
operasional itu.
Eysenck
berpendapat dasar umum sifar-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam
bentuk tipe dan trait. Dia juga berpendapat bahwa semua tingkahlaku dipelajari
dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah seluruh pola tingkah laku aktual
maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan
lingkungan. Pola tingkahlaku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi
fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku; sektor
kognitif (intelegence), sektor konatif (character), sektor afektif
(temperament), sektor somatic (constitution).
Struktur Kepribadian
Eysenck
berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak
mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini
dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang telah
menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil
dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.
Kepribadian
sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat tingkatan
hirarki, berturut-turut dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah :
1)
Hirarki tertinggi : Tipe/Supertraits,
kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang
luas.
2)
Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan
kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan
tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
3)
Hirarki ketiga : Kebiasaan tingkah
laku atau berpikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/pikiran yang muncul
kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
4)
Hirarki terendah : Respon spesifik,
tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon
terhadap suatu kejadian.
Jika dilihat
dari hubungnnya dengan hirarki di atas, maka dapat disebutkan bahwa antar
bagian dari hirarki kepribadian tersebut terjadi interaksi dan saling
berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah adanya
interaksi antara bagian kepribadian yang disebut sebagai specific response dan habitual
response. Dimana yang disebut sebagai specific response yakni
perilaku atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau
tidak, misal seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca.
Sedangkan habitual response dapat dimaknai sebagai respon yang terus
berlangsung di bawah kondisi yang sama, misal jika seorang siswa seringkali
berusaha sampai suatu tugas selesai dikerjakannya. Habitual
response ini dapat berubah-ubah ataupun dapat menetap.
Setelah
mengetahui penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuat
perilaku tertentu atau specific response menjadi sebuah kebiasaan
atau habitual response maka perlu adanya pengulangan perilaku
tertentu tersebut hingga beberapa kali. Sedangkan jika individu tersebut tidak
menginginkan perilaku tertentu itu menjadi sebuah habitual
response atau sebuah kebiasaan, maka tidak diperlukan pengulangan perilaku
hingga berkali-kali. Dan hubungan serta interaksi juga berlaku pada bagian
kepribadian Eysenck yang lain, seperti tipe dan trait.
Dinamika Kepribadian
Yang disebut
dengan dinamika kepribadian adalah mempelajari interaksi antar struktur dari
kepribadian tertentu. Dengan menggunakan metode analisis faktor, Eysenck
berhasil mengidentifikasi dua dimensi dasar kepribadian yaitu Extraversion
dan Neuroticism. Extraversion dan Neuroticism diberikan ruang 2 dimensi untuk
menggambarkan perbedaan individu dalam perilaku. Analoginya, Extraversion dan
Neuroticism adalah lintang dan bujur menggambarkan titik di muka bumi.
Pada prinsipnya, setiap orang dapat ditempatkan dalam ruang dua duimensionalini
tetapi dalam tingkatan yang berbeda. Fitur Eysenck adalah pandangannya yang
berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang mengetengahkan empat tipe
kepribadian dasar : Melankonis, Plegmatis, Koleris, dan Sanguis.
Tinggi N
dan Rendah E = tipe Melancholic
Tinggi N dan
Tinggi E = tipe Choleric
Rendah N dan
Tinggi E = tipe Sanguine
Rendah N dan Rendah E = tipe apatis
5.
David Clarence McClelland
David McClelland
mendapat gelar doctor dalam Psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi professor di
Universitas Wesleyan. McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian
motivasi. Ia juga yang melopor motivasi kerja berpikir, mengembangkan
pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dipromosikan dalam perbaikan
metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan
tes. Idenya telah diadposi secara luas diberbagai organisasi, dan berkaitan
erat dengan teori Frederick Herzberg.
David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
a)
The Need for Achievement (N-ACH) - Kebutuhan
akan prestasi atau penghargaan Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan
seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian
atau memiliki standar yang tinggi. Orang-orang N-ACH adalah mereka yang
mengejar prestasi yang akhirnya bermuara ke pengakuan dari orang di sekitarnya. Sebab-sebab
seseorang memiliki N-ACH yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan
akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi dan
keinginan untuk mengahadapi tantangan.
b)
The Need for Power (N-POW) - Kebutuhan akan
kekuatan
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk
mengatur atau memimpin orang lain. Menurut McClelland, ada 2 jenis kebutuhan
akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Orang-orang N-POW adalah mereka yang
senang jika mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu, yang dikejarnya adalah
kuasa atas segala sesuatu. Contoh dari kekuasaan pribadi adalah
seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur
orang lain mengarahkan ke mana perusahaan akan bergerak. Sedangkan
kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh
pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya
tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
c)
The Need for Affiliation (N-AFF) - Kebutuhan
akan afiliasi / keanggotaan
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari
oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan
orang lain. Mereka merasa cukup bila sudah punya hubungan dengan orang lain.
6.
David
Rosenhan
Pada tahun 1972, psikolog David
Rosenhan menerbitkan percobaan Rosenhan, sebuah studi menganalisis validitas
diagnosis psikiatris Studi diatur selama delapan individu yang tidak
memiliki riwayat psikopatologi untuk mencoba masuk ke rumah sakit jiwa..
Individu-individu termasuk mahasiswa, psikolog, seniman, ibu rumah tangga, dan
dua dokter, termasuk satu psikiater. Semua delapan orang dirawat dengan
diagnosis skizofrenia atau gangguan bipolar. Psikiater kemudian mencoba untuk
mengobati individu menggunakan obat kejiwaan. Semua delapan telah diselesaikan
dalam waktu 7-52 hari. Dalam bagian akhir dari penelitian ini, staf psikiatri
memperingatkan bahwa pseudo-pasien mungkin akan dikirim ke lembaga-lembaga
mereka, tetapi tidak ada yang benar-benar dikirim. Namun demikian, total 83
pasien dari 193 yang diyakini oleh setidaknya satu anggota staf yang menjadi
aktor. Studi ini menyimpulkan bahwa individu tanpa gangguan mental dibedakan dari
mereka yang menderita gangguan mental Kritik seperti Robert Spitzer ditempatkan
keraguan pada validitas dan kredibilitas penelitian, tetapi mengakui bahwa
konsistensi diagnosis psikiatri perlu perbaikan.
0 comments:
Post a Comment