Psikologi Gesalt
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman
yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Dalam arti luas Psikologi
Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt
disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar
dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan
filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah persegi
panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang
berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa
dijelaskan sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.
Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung
menantang psikologi strukturalisme Wundt.
Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan
akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model
psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan
analitik dari Wundt.
Gerakan gestalt lebih
konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental dari
pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori
nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu
berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan
psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui
secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.
Hingga pada tahun 1930,
gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wunditian dalam psikologi Jerman.
Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya
hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.
Psikologi gestalt diawali dan
dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer,
Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual
yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri
dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.
Tetapi di Amerika psikologi
gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan
psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada
tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi
gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.
Tokoh-tokoh
Gestalt dan Pemikirannya:
1.
Max
Wertheimer (1880-1943)
Max
Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi
Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat
gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia
bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri
aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan
Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen
yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of
Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi
asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek
statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu
singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.
Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita
terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi
proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a)
Hukum
Kedekatan (Law of Proximity)
b)
Hukum
Ketertutupan ( Law of Closure)
c)
Hukum
Kesamaan (Law of Similarity)
2.
Kurt Koffka
(1886-1941)
Koffka
lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak
dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun
1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka
mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka kepada
psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip
Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang
belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan
prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3.
Wolfgang Kohler
(1887-1967)
Kohler
lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar
Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi
ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan
Wartheimer dan Koffka.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun “Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu. Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organism –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun “Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu. Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organism –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
4.
Kurt Lewin
(1890-1947)
Pandangan
Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt Lewin. Lewin lahir di
Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi thn 1914.
Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Kohler dan
mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler
berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat.
Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director of the Research
Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga akhir
hayatnya di usia 56 tahun
Mula-mula
Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia mengkritik teori Gestalt
karena dianggapnya tidak adekuat. Lewin kurang setuju dengan pendekatan
Aristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala kejiwaan. Ia lebih
cenderung kearah pendekatan yang Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi
kejiwaan. Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis
tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta
dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L).
Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua
fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu.
Life space terbagi atas bagian-bagian yang memiliki batas-batas. Batas ini
dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya.
Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam lapangan
psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu
mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
(disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension).
Salah
suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik. Akibat
adanya vector-vector yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka seseorang
dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat mengalami konflik (pertentangan
batin) yang jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan
ketidakseimbangan.
Berdarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3
jenis :
Berdarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3
jenis :
a) Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik
ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama bernilai
positif.
b) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
b) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik
ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek yang sama-sama
mempunyai nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari kedua obyek
sekaligus.
c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik
ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan nilai negative
sekaligus.
5.
F. Krueger
Tahun 1924
Krueger memperkenalkan pada dunia psikologi istilah ganzheit di
Leipzig, Ganzheit berasal dari kata jerman das Ganze yang
berarti keseluruhan. Sampai sekarang gestaltmasih dianggap sama dengan
Ganzheit. Krueger berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan
pada masalah persepsi objek, padahal menurut Kruegger adalah penghayatan secara
menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan hanya persepsi saja atau totalitas
objek-objek saja. Konsekuensi dari pendapat ini adalah bahwa tingkah laku harus
diamati secar holistik atau molar, yaitusuatu tingkah laku harus dipandang
dalam hubungannya dengan tingkah laku lain.
0 comments:
Post a Comment